
Halo, kawan Sisi! Selamat datang di artikel kali ini. Bagi kalian yang sedang mempersiapkan penelitian untuk skripsi, tesis, atau sekadar ingin memahami dasar-dasar riset, pasti sering bertanya: Apa sih sebenarnya masalah penelitian itu? Kenapa harus ada masalah dalam penelitian? Tenang, Sisi akan bantu jelaskan dengan santai tapi tetap berbobot. Yuk, simak sampai akhir!
Apa Itu Masalah Penelitian?

Secara sederhana, masalah penelitian adalah “gap” atau kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Misalnya, menurut Notoatmodjo, masalah penelitian muncul ketika ada ketidaksesuaian antara apa yang seharusnya terjadi dengan fakta di lapangan. Contoh: Seharusnya program literasi digital di Desa Y meningkatkan keterampilan warga, tetapi evaluasi menunjukkan 60% peserta masih gagal mengoperasikan aplikasi dasar. Nah, gap inilah yang bisa diangkat sebagai masalah penelitian!
Para ahli juga punya pandangan serupa. Sukardi mendefinisikan masalah penelitian sebagai “kesulitan” yang menghalangi tercapainya tujuan, baik oleh peneliti maupun masyarakat. Sementara Punaji Setjosari menekankan bahwa masalah adalah “jarak” antara teori (harapan) dan praktik (kenyataan). Intinya, masalah penelitian adalah pintu gerbang untuk menemukan solusi atau pengetahuan baru.
Bagaimana Memastikan Masalah Layak Diteliti?

Tidak semua masalah bisa langsung dijadikan penelitian. Ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi:
- Feasible: Apakah data, dana, waktu, dan keahlianmu mencukupi? Contoh: Meneliti “Dampak Pembelajaran Hybrid terhadap Motivasi Siswa SMA di Daerah Terpencil” memerlukan akses ke sekolah terpencil dan konektivitas internet yang mungkin terbatas.
- Interesting: Pilih topik yang benar-benar menarik minatmu. Misalnya, seorang penggemar sustainable fashion bisa meneliti “Pengaruh Kampanye Limbah Tekstil pada Perilaku Konsumen Muda”.
- Novel: Pastikan penelitianmu memberi nilai baru. Contoh: Meneliti “Peran ChatGPT dalam Meningkatkan Kreativitas Menulis Siswa” sebagai respons terhadap perkembangan AI.
- Ethical: Hindari topik yang bertentangan dengan etika, seperti menggunakan data pribadi tanpa izin.
- Relevan: Pastikan masalah berkaitan dengan kebutuhan praktis. Contoh: “Strategi Mitigasi Banjir di Pemukiman Padat Penduduk” relevan dengan isu perubahan iklim.
Jenis Sumber Masalah Penelitian

Masalah penelitian bisa berasal dari dua sumber: non-formal dan formal.
1. Sumber Non-Formal
- Pengalaman Pribadi: Seorang guru melihat penurunan partisipasi siswa dalam diskusi online, lalu ingin meneliti faktor penyebabnya.
- Konsensus: Dosen dan praktisi sepakat bahwa sistem e-learning kurang efektif untuk mata kuliah praktikum seni.
- Fenomenologi: Meningkatnya kasus eco-anxiety (kecemasan lingkungan) di kalangan remaja perkotaan.
- Konjektur: Ide intuitif seperti, “Apakah musik instrumental meningkatkan produktivitas kerja remote?” Meski awalnya tanpa dasar, peneliti harus membuktikannya secara empiris.
2. Sumber Formal
- Analogi: Menerapkan teori motivasi kerja di perusahaan untuk meneliti motivasi belajar mahasiswa kedokteran.
- Rekomendasi Penelitian Lain: Peneliti A merekomendasikan studi lanjutan tentang dampak screen time pada pola tidur remaja, lalu peneliti B mengembangkannya dengan menambahkan variabel “penggunaan blue light filter”.
- Renovasi: Memodifikasi penelitian tentang efektivitas pupuk organik dengan menambahkan variabel “jenis tanah” untuk melihat perbedaan hasil.
Contoh Masalah Penelitian Kualitatif vs Kuantitatif

Agar lebih jelas, berikut contohnya:
1. Kualitatif: “Pengalaman Guru dalam Mengatasi Burnout selama Pembelajaran Daring”
Latar Belakang: Banyak guru mengeluhkan kelelahan emosional selama mengajar online. Peneliti ingin menggali strategi koping yang digunakan guru melalui wawancara mendalam dan analisis naratif.
2. Kuantitatif: “Hubungan Antara Frekuensi Olahraga dan Tingkat Stres pada Karyawan Kantoran”
Latar Belakang: Survei awal menunjukkan 70% karyawan jarang berolahraga dan melaporkan gejala stres. Peneliti menguji korelasi menggunakan kuesioner terstandar dan analisis regresi.
Tips Memilih Masalah Penelitian
- Aktual: Pilih topik yang sedang tren, seperti dampak metaverse pada interaksi sosial atau adaptasi UMKM terhadap teknologi finansial.
- Spesifik: Hindari topik terlalu luas, seperti “Pendidikan di Indonesia”. Persempit jadi “Efektivitas Gamifikasi dalam Pembelajaran Bahasa Inggris untuk Siswa SMP”.
- Sesuai Kemampuan: Jangan paksakan diri untuk meneliti “Analisis Big Data untuk Prediksi Cuaca” jika belum menguasai pemrograman Python.
- Dukungan Data: Pastikan data tersedia. Contoh: Untuk meneliti kebiasaan membaca, manfaatkan data perpustakaan digital atau survei online.
Penutup
Nah, kawan Sisi, sekarang sudah paham kan bagaimana mengidentifikasi dan memilih masalah penelitian? Ingat, masalah penelitian ibarat bahan bakar yang menggerakkan risetmu. Tanpanya, penelitian bisa kehilangan arah. Jangan ragu untuk menggali pengalaman, berdiskusi dengan ahli, atau membaca jurnal terkini.
Kalau masih bingung, coba tulis semua ide di kertas, lalu evaluasi mana yang paling memenuhi kriteria feasible, novel, dan relevan. Bisa juga tanya-tanya Tim Sisi Statistik seputar kesulitanmu di penelitian ya… Semangat terus untuk kalian yang sedang berjuang menyelesaikan penelitian! Jangan lupa, setiap masalah yang kamu teliti bisa jadi kontribusi berharga bagi ilmu pengetahuan dan masyarakat.
Sampai jumpa di artikel berikutnya! 🚀✨
Referensi :
Notoatmodjo, Soekidjo (2002). Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta, Rineka Cipta.
Setyosari, Punaji. 2010. Metode Penelitian Penelitian dan Pengembangan. Jakarta: Kencana.
Sukardi. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan, Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara